DPRD Umumkan Ipin-Syah sebagai Pemenang Pilkada Trenggalek 2024

TRENGGALEK, lokaltrenggalek.com – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Trenggalek mengumumkan hasil penetapan pasangan Ipin-Syah sebagai Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek terpilih, Jumat (10/1/2024) pagi. Pengumuman penetapan Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek terpilih itu dilakukan pada saat rapat paripurna di ruang Graha Paripurna Kantor DPRD Trenggalek lantai dua. Ketua DPRD Trenggalek Doding Rahmadi menyampaikan, agenda hari ini merupakan tindak lanjut dari hasil Pilkada 2024 yang telah ditetapkan oleh KPU Trenggalek. “Karena tidak ada gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK), maka KPU telah menetapkan pasangan Ipin-Syah sebagai pemenang pilkada,” terangnya. Rapat paripurna ini digelar sebagai langkah awal untuk proses pelantikan bupati dan wakil bupati terpilih. “Kami diberikan waktu hanya tiga hari oleh Mendagri setelah penetapan KPU, sehingga rapat paripurna ini digelar untuk mengumumkan pemberhentian kepala daerah sebelumnya dan pengangkatan kepala daerah yang baru. Untuk masa jabatannya resmi berakhir saat pelantikan,” jelas Doding. Pelantikan pasangan terpilih dijadwalkan pada 10 Februari 2025, sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden. Momen tersebut akan menandai dimulainya masa jabatan baru bagi pasangan Ipin-Syah sebagai pemimpin Kabupaten Trenggalek untuk periode kedua mereka. Di sisi lain, Wakil Bupati Trenggalek terpilih, Syah Muhammad Nata Negara turut menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat atas suksesnya pelaksanaan Pilkada Trenggalek 2024. “Saya mewakili Pak Bupati mengucapkan terima kasih khususnya kepada seluruh masyarakat Kabupaten Trenggalek. Tanpa dukungan masyarakat, Pilkada tidak mungkin berjalan lancar,” ungkapnya “Hasil Pilkada ini semoga menjadi awal langkah kita bersama untuk menjadikan Trenggalek lebih baik di periode mendatang,” tambahnya. Diharapkan dengan kepemimpinan baru, Kabupaten Trenggalek dapat terus berkembang menuju masa depan yang lebih baik.***
Fish Finder Diklaim Efektif, Produksi Tangkap Ikan di Trenggalek Justru Merosot

KOTA, lokaltrenggalek.com – Produksi ikan tangkap laut selama 2024 merosot di Kabupaten Trenggalek. Padahal, para nelayan di Bumi Menak Sopal sudah memanfaatkan alat tangkap ikan atau Fish Finder. Berdasarkan data Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Trenggalek, indikasi penurunan jumlah produksi perikanan tangkap terjadi kurun 2023-2024. Capaian perikanan tangkap pada 2023 sebesar 33.032,06 ton. Namun pada 2024, capaian menurun menjadi 26.902,39 ton, sehingga terjadi penurunan sekitar 6.129,67 ton. “Produksi perikanan 2024 turun, target tidak tercapai utamanya di sektor tangkap laut,” ungkap Kepala Diskan Kabupaten Trenggalek Cusi Kurniawati, Kamis (9/1/2025). Cusi menjelaskan bahwa penurunan produksi perikanan tangkap dipengaruhi dengan kondisi cuaca. Menurutnya, kondisi cuaca selama 2024 berbeda itu tak seperti pada 2023. “Kebetulan tahun 2024, itu kok tidak seperti 2023, ketika hujan tangkapan langsung turun, sehingga jika dibandingkan 2023,” ucapnya. Wanita berjilbab itu tak menyangkal bahwa nelayan-nelayan Kabupaten Trenggalek sudah menerapkan alat Fish Finder. Berdasarkan perspektif Cusi, ia mengklaim bahwa Fish Finder memiliki tingkat keberhasilan hingga 75 persen, karena alat itu bisa mendeteksi keberadaan ikan, sehingga nelayan tidak lagi mencari-cari ikan. “Fish Finder, sudah membantu. Kalau pakai Fish Finder, paling tidak nelayan bisa hemat BBM dan nelayan tidak lagi mencari, tapi menangkap,” ucapnya. Namun begitu, ia mengaku penggunaan Fish Finder belum merata oleh nelayan. Menurut dia, Pemkab Trenggalek pernah mendapat bantuan alat tangkap ikan (Fish Finder) melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). “Waktu itu pernah mendapat bantuan DAK sekitar tahun 2020/2022, tapi untuk nelayan kecil dengan kapal di bawah 5 GT. Sedangkan kita tidak dapat,” ujarnya. Dari sisi harga, lanjut dia, alat tangkap ikan Fish Finder hingga mencapai Rp 20 juta. Menyinggung upaya Diskan untuk mendongkrak produksi perikanan tangkap, Cusi mengaku terus berupaya mencapai target, karena juga berkaitan dengan target pendapatan asli daerah.***
Tren Rawat Inap Kasus DBD di Trenggalek Berangsur Turun di Pekan Pertama 2025

KOTA, lokaltrenggalek.com – Sempat naik di pekan terakhir 2024, Trenggalek rawat inap pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD dr Soedomo Kabupaten Trenggalek mulai turun. Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedomo, dr Dana Sumanti membenarkan bahwa terindikasi terjadi penurunan jumlah pasien DBD di kalangan anak-anak. Menurut dr Dana, jumlah pasien rawat inap kasus DBD di RSUD dr Soedomo kini ada 15 pasien. “Saat ini ada 15 pasien yang dirawat, 90-95 persen pasien DBD,” ungkapnya, Selasa (7/1/2025) pagi. Lebih lanjut, belasan pasien DBD itu rentang usia balita, enam bulan, hingga usia 16 tahun Mereka (pasien DBD, Red) itu tersebar di sejumlah wilayah di Kabupaten Trenggalek, meliputi Kelurahan Ngantru, Kecamatan Gandusari, hingga Dongko. Dari belasan pasien yang dirawat, ia menyebut, kondisi para pasien pun berbeda-beda. “Kondisinya bermacam-macam, karena ada yang di hari pertama sudah masuk (rawat inap, Red), ada juga yang masuk di hari sakit ketiga,” ucapnya. “Kondisinya Alhamdulillah stabil, tinggal pemulihan, menunggu trombositnya naik,” ujarnya. Dokter Dana menjelaskan bahwa penanganan penyakit DBD dapat membuahkan hasil maksimal ketika ditangani lebih awal, lebih cepat maka lebih baik. Namun ketika pasien datang (ke rumah sakit, Red) disaat sudah parah, maka tingkat keberhasilan penanganan medis akan lebih kecil. “Yang perlu ditekankan demam berdarah itu sakit yang parah di hari kelima,” tegasnya.***
Catatan Kelam Kasus DBD Trenggalek, Sentuh 948 Kasus

KOTA, lokaltrenggalek.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Trenggalek menunjukkan peningkatan signifikan hingga awal Desember 2024, dengan total 948 kasus dilaporkan. Jumlah ini melonjak jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang hanya mencatatkan 129 kasus. Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) Trenggalek, Sunarto, menjelaskan bahwa kenaikan ini dipengaruhi oleh siklus lima tahunan DBD yang juga pernah terjadi pada tahun 2019. “Selain itu, upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang masih perlu ditingkatkan turut menjadi penyebab utama penyebaran kasus,” ungkapnya. Laporan yang masuk menunjukkan adanya satu korban jiwa akibat DBD pada tahun ini. Berdasarkan klasifikasi usia, kelompok usia 15-44 tahun menjadi yang paling terdampak dengan 49,05 persen dari total kasus. Sementara itu, usia 5–14 tahun menyusul dengan 29,64 persen. Di sisi lain, jasus pada bayi di bawah satu tahun tercatat sebesar 1,48 persen, usia 1–4 tahun sebanyak 3,27 persen, dan kelompok usia di atas 44 tahun mencapai 16,56 persen. “Wilayah kerja Puskesmas Karangan menjadi daerah dengan laporan kasus tertinggi di Trenggalek,” ujarnya. Sebagai langkah pencegahan, berbagai upaya telah dilakukan, termasuk advokasi kepada pemangku kepentingan, penerbitan surat edaran kewaspadaan DBD, pemeriksaan jentik nyamuk, dan lomba sekolah sehat. Kegiatan sosialisasi lainnya terus digalakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Pemberantasan sarang nyamuk melalui metode 3M Plus juga menjadi prioritas utama. “Metode 3M mencakup menguras penampungan air, menutup tempat penyimpanan air, serta memanfaatkan barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk,” paparnya. Pendekatan tambahan yang dilakukan meliputi penggunaan larvasida untuk tempat sulit dijangkau. Di sisi lain, penggunaan obat anti-nyamuk, pemakaian pakaian lengan panjang, serta pemangkasan tanaman yang berpotensi menjadi sarang nyamuk juga perlu dilakukan. Sunarto juga mengimbau masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan tidak menggantung pakaian yang bisa menjadi tempat nyamuk bersarang. “Dengan kolaborasi masyarakat dan pemerintah, Trenggalek berupaya menekan jumlah kasus DBD,” pungkasnya.***